Apa itu teknologi Micro Services

Konten [Tampil]

 


Microservices adalah arsitektur pengembangan perangkat lunak yang memecah aplikasi menjadi komponen-komponen kecil yang disebut sebagai layanan mikro. Setiap layanan mikro berjalan secara independen dan berkomunikasi dengan layanan lainnya melalui antarmuka yang ditentukan. Ini adalah pendekatan yang berbeda dari monolitik, di mana seluruh aplikasi dikembangkan sebagai satu unit tunggal.


Berikut adalah beberapa konsep kunci dalam arsitektur microservices:


Layanan Mikro:


Layanan mikro adalah unit kecil dari aplikasi yang dirancang untuk melakukan satu tugas atau fungsi tertentu.

Setiap layanan mikro dapat dikembangkan, didistribusikan, dan dielus secara independen.

Distribusi:


Layanan mikro dapat didistribusikan di berbagai mesin atau kontainer, sehingga memungkinkan skalabilitas dan ketersediaan yang lebih baik.

Arsitektur ini mendukung penggunaan teknologi seperti Docker dan Kubernetes untuk manajemen kontainer.

Komunikasi:


Layanan mikro berkomunikasi melalui protokol dan antarmuka yang terdefinisi dengan baik, seperti RESTful API atau protokol pesan.

Komunikasi dapat menggunakan HTTP, protokol pesan seperti AMQP (Advanced Message Queuing Protocol), atau protokol khusus lainnya.

Independensi:


Setiap layanan mikro dapat dikembangkan dengan menggunakan teknologi yang paling sesuai untuk tugas yang dihadapi, tanpa memerlukan koordinasi yang ketat dengan layanan lainnya.

Ini memungkinkan penggunaan bahasa pemrograman, basis data, dan alat yang berbeda untuk setiap layanan.

Resiliensi:


Kegagalan satu layanan tidak seharusnya memengaruhi layanan lainnya. Kesalahan harus diisolasi dan dapat ditangani dengan baik.

Arsitektur ini mendukung pemrograman responsif dan tangguh, serta pemakaian pola desain sirkuit yang terbuka (circuit breaker pattern).

Manajemen Data:


Setiap layanan mikro dapat memiliki basis data tersendiri yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik layanannya.

Perubahan pada data di satu layanan tidak memerlukan koordinasi yang ketat dengan layanan lainnya.

Skalabilitas:


Layanan mikro dapat diperbesar secara terpisah berdasarkan permintaan atau beban kerja tertentu.

Ini memungkinkan skala horizontal, di mana lebih banyak instans dari layanan tertentu dapat ditambahkan untuk menangani volume lalu lintas yang lebih tinggi.

Monitor dan Analisis:


Karena layanan mikro berjalan secara independen, setiap layanan dapat dimonitor secara terpisah.

Pengumpulan data dan analisis dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja, mendeteksi kesalahan, dan menyelidiki anomali.

Kontainerisasi:


Layanan mikro dapat dijalankan dalam kontainer, seperti Docker, untuk memastikan portabilitas dan konsistensi lingkungan pengembangan dan produksi.

Orkestrasi:


Sistem orkestrasi seperti Kubernetes dapat digunakan untuk mengelola, menangani penjadwalan, dan merampingkan implementasi layanan mikro.

Keamanan:


Keamanan adalah pertimbangan kunci, dan setiap layanan mikro harus diisolasi dan dilindungi dengan benar.

Penggunaan token dan otentikasi yang aman penting untuk melindungi antarmuka API.

Microservices memungkinkan pengembang untuk memecah aplikasi menjadi bagian yang lebih kecil dan fokus pada pengembangan, pengujian, dan pemeliharaan layanan yang terisolasi. Meskipun memberikan fleksibilitas dan skalabilitas yang tinggi, arsitektur ini juga memerlukan manajemen kompleksitas dan perhatian khusus terhadap masalah seperti koordinasi transaksi, konsistensi data, dan pengelolaan konfigurasi.







Previous Post Next Post